Orgasme palsu tidak hanya dilakukan oleh kaum perempuan, namun juga dilakukan oleh para pria. Studi yang dilakukan oleh University of Kansas menunjukan bahwa 70 persen wanita pernah atau melakukan orgasme palsu, sedangkan pada pria sekitar 30 persen.
Alasan utama pemalsuan orgasme ini adalah dorongan untuk memuaskan pasangan. Hal ini khususnya terjadi menjelang pasangan akan mengalami klimaks, sehingga muncul dorongan untuk ikut mencapai orgasme juga, salah satunya dengan memalsukannya. Dengan memalsukan orgasme ini harapannya menciptakan orgasme lebih hebat pada pasangannya.
Para pria juga melakukannya karena ingin melihat istrinya puas dalam kehidupan ranjang. Menurut salah seorang profesor dari Harvard University mengemukakan bahwa pria yang berprilaku buruk berasio 1 banding 10, atau 1 pria berprilaku buruk dan 10 pria lainnya sangat ingin melayani istrinya.
Hal ini juga didorong keterbukaan pada masyarakat modern. Dibandingkan berpuluh-puluh tahun lalu, kaum perempuan saat ini lebih terbuka dan berani untuk mengemukakan pendapatnya mengenai seks dan meminta kenikmatan dari seks.
Perempuan tidak lagi hanya menjadi obyek dan pelayan dalam aktivitas seksual, namun memiliki hak yang sama. Oleh sebab itu, pria juga memiliki kewajiban yang sama untuk memuaskan pasangannya.